Faktualnewstv Bandar Lampung –
Dalam upaya menanamkan kesadaran anti-bullying sedini mungkin mahasiswa Program Profesi Guru (PPG) Bimbingan dan Konseling (BK) kelas A Gelombang 2 Tahun 2024 FKIP Universitas Lampung menggelar kegiatan Projek Kepemimpinan di Pondok Pesantren Al-Firdaus pada Sabtu, 26 April 2025.
Mengusung tema “Media Edukasi Anti-Bullying: Implementasi Layanan Bimbingan Klasikal Berbasis Permainan Ular Tangga dalam Meningkatkan Interaksi Sosial dan Penguatan Emosional”, kegiatan ini bertujuan menanamkan nilai empati, membangun keterampilan sosial, dan menolak segala bentuk perundungan di kalangan peserta didik.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa menggunakan media permainan ular tangga yang dimodifikasi dengan pesan-pesan anti-bullying. Setiap langkah dalam permainan mengajak siswa memahami pentingnya saling menghargai, mencegah kekerasan verbal maupun fisik, serta memperkuat hubungan sosial yang sehat.
Kegiatan berlangsung penuh semangat. Anak-anak tampak antusias mengikuti permainan sekaligus menyerap nilai-nilai positif yang disampaikan. Selain bermain, para peserta juga diajak membuat komitmen bersama untuk menolak bullying, yang diwujudkan dengan cap tangan berwarna merah di atas totebag, simbol keberanian melawan segala bentuk kekerasan.
Direktur Lembaga Pemerhati Hak Perempuan dan Anak (LPHPA), Toni Fisher, yang hadir mendukung kegiatan ini, menegaskan pentingnya kolaborasi untuk memutus mata rantai bullying.
> “Tindak bullying tidak bisa didiamkan. Mata rantai ini harus segera diputus, karena pelaku bisa menjadi korban, dan korban bisa berbalik menjadi pelaku. Upaya preventif seperti ini harus terus diperkuat, agar lingkungan tumbuh kembang anak menjadi lebih aman dan sehat,” ujarnya.
Sebagai dosen pembimbing Projek Kepemimpinan, Dr. Mujiyati, M.Pd., juga menyampaikan sikap tegas menolak perundungan, terutama di tengah keprihatinan atas kasus bullying yang baru-baru ini viral di Gadingrejo, Pringsewu, Lampung.
> “Kami dengan tegas menolak segala bentuk bullying. Kasus perundungan di Gadingrejo menjadi peringatan keras bagi kita semua. Tidak ada tempat untuk bullying dalam dunia pendidikan maupun kehidupan sosial. Kegiatan edukasi seperti ini adalah langkah nyata untuk membangun generasi yang berani melawan kekerasan, menghargai sesama, dan membangun interaksi sosial yang sehat,” tegas Dr. Mujiyati.
Ketua pelaksana kegiatan, Reva Aprilia Ayuningtias, S.Pd., menjelaskan bahwa pendekatan berbasis permainan dipilih untuk membuat pesan anti-bullying lebih mudah dipahami dan diterima oleh anak-anak.
> “Kami ingin menanamkan kesadaran tentang pentingnya empati, toleransi, dan keberanian membela kebaikan, dengan cara yang menyenangkan dan membekas di hati mereka,” tutur Reva.
Kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari Pondok Pesantren Al-Firdaus, LPHPA, serta seluruh civitas akademika yang berkomitmen mewujudkan lingkungan belajar yang aman, suportif, dan bebas dari perundungan.
Dengan semangat “Berdiri Bersama, Lawan Bullying”, kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal menciptakan perubahan nyata di lingkungan pendidikan.